top of page
Cari
Gambar penulisakcentrejogja

Mengatasi "Pemicu Kecil Pembangkit Ego"



Ego mirip hewan dalam diri

Setiap kali ada yang memuji atau memaki, anjing ego di dalam diri kita mendapatkan makanan, dan ia mulai menggonggong. Ya betul, bukan saja setiap kali dipuji, tetapi setiap kali dimaki. Kutipan dari Nietzsche semestinya ditambah satu alenia lagi: “setiap kali jatuh satu tingkat”. Jadi setiap naik maupun turun tingkat, anjing ego selalu menggonggong. Diberi makan ia memperoleh energi dan menggonggong girang, tidak diberi makan, ia menggonggong kelaparan. Dipuji atau dicaci, dimaki, ego menggonggong.
Adalah di bagian bawah otak yang biasa disebut medulla oblongata. Untuk diketahui, medulla adalah bagian otak yang disebut reptilian brain—berbagai jenis hewan, termasuk jenis-jenis tertentu ikan, cicak, dan buaya, memilikinya. Jadi, medulla bukanlah bagian otak yang biasa disebut neo-cortex, atau bagian otak yang memanusiakan hewan.
Berarti, ego bukanlah sifat atau sikap manusiawi. Manusia mewarisinya melalui evolusi panjang selama ratusan juta tahun.

Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2012). Sanyas Dharma Mastering the Art of Science of Discipleship Sebuah Panduan bagi Penggiat Dan Perkumpulan Spiritual. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)




Youtube Video a Course in Spirituality Part 1: Enlightement and Guru by Swami Anand Krishna


Kita hidup dalam periode waktu, dimana kita hanya membutuhkan pemicu kecil, untuk menjadi egoistis. Di waktu dahulu tidak demikian. Saat ini kita hanya membutuhkan sedikit pemicu, seseorang memujimu dan kamu menggembung, seseorang bicara tentang sesuatu dan kamu mengempis. Keduanya adalah ego based. Ketika kamu menggembung atau mengempis keduanya adalah ego. Kamu mengempis egomu terlukai. Kamu menggembung karena kau merasa senang.


Para motivator menggembungkan ego kita. Dan apakah dunia kita menjadi lebih baik? Tidak! Lihat situasi di Eropa, bom, tembakan. Demikian juga dalam dunia seluruhnya. Dunia tidak menjadi tempat yang lebih baik karena dengan hanya pemicu kecil, ego kita menggembung atau mengempis dan keduanya berbahaya.


Mengikuti 2 cara ini, kalian tidak akan ke mana-mana. Master saya selalu mengingatkan kita dengan menggunakan kata moksha. Biasanya kita mengaitkan moksha terkait saat kematian, terbebaskan dari samsara, dari siklus kematian dan kelahiran.


Moksha tidak demikian. Moksha bisa kau mulai here dan now. Moksha berarti bebas dari keterikatan, bebas dari ego, bebas dari kebencian, dari iri, bebas dari segala sesuatu, yang mengikat kita dengan dunia ini.


Guru Nanak, saat bicara tentang bhakti, ia memanggil dirinya dasanudas, pelayan dari pelayan, pelayan dari devoti Tuhan.



Tidak terjebak dalam dualitas dalam Bhagavad Gita

Ia tidak terikat dengan sesuatu, di mana pun ia berada, dan dalam keadaan apa pun. Ia tidak terjebak dalam dualitas menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ia tidak tersanjung (ketika dipuji), pun tidak gusar (ketika dicaci); Kesadaran Jiwanya sungguh tak tergoyahkan lagi.” Bhagavad Gita 2:57

Krishna tidak menganjurkan agar kita menolak kebahagiaan, pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan sebagainya, ia hanya menganjurkan agar kita jangan sampai lupa daratan. Setiap Pengalaman Dalam hidup ini hanya bersifat sementara. Dalam keadaan duka, jangan sampai kecewa, dan menciptakan trauma bagi diri sendiri. Terimalah apa adanya. Demikianlah kehidupan ini, jangan terikat pada pengalaman apa pun. Semuanya hanya ada untuk sesaat.


Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia via #BhagavadGitaIndonesia



Postingan Terkait

Comments


bottom of page