top of page
Cari

Cara Mengatasi Duka dan Lesu yang Sulit Hilang



“Rasa kehilangan” sesuatu bisa membuat anda sedih dan duka. Sengaja saya menggunakan tanda kutip untuk “rasa kehilangan” karena memang demikianlah adanya. Yang membuat kita sedih bukanlah “kehilangan”, tetapi “rasa kehilangan”.


Kita semua pernah membaca tentang hukum energy bahwasannya energy tidak pernah hilang, hanya berubah bentuk. Kita juga membaca tentang teori relativitas sebagaimana dijabarkan oleh Albert Einstein bahwasannya energy dan materi tidak berbeda berarti, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang “bisa” hilang. Kematian itu sendiri hanyalah sebuah ilusi. Tidak ada kematian. Yang ada hanyalah kehidupan. Kelahiran dan kematian hanyalah gelombang yang muncul dan lenyap dalam lautan kehidupan. Jelas sudah bahwa dalam alam ini tidak ada yang “pernah” hilang. Tidak ada yang “bisa” hilang. Keberadaan kekal abadi adanya.


Lalu, kehilangan apa yang patut disedihkan?

Solusi Instant

Berkumurlah dengan air putih, mata tertutup. Sambil berkumur, rasakan anda sedang mengumpulkkan “kotoran” rasa sedih, “sampah” duka. Lalu ketika membuang air, rasakan diri anda terbebaskan dari rasa sedih dan duka. Teknik ini efektif sekali. Biasanya setelah berkumur 3 kali, anda sudah terbebaskan dari rasa sedih dan duka.


Solusi Jangka Panjang

Anda harus mengubah cara anda memandang kehidupan. Kelahiran bukanlah titik awal kehidupan. Begitu pula, kematian bukanlah titik akhir kehidupan. Pertemuan dan perpisahan merupakan dua sisi kepingan uang logam yang sama. Yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.


Duka membuat diri kita menjadi Lesu dan Kurang Semangat

Musuh utama manusia adalah “mempercayai ketidakberdayaan diri”. Mereka yang lesu dan kurang semangat biasanya memiliki sikap “Ya sudahlah, melakukan apa pun toh tidak akan membawakan hasil”. Sikap seperti ini bisa jadi disebabkan oleh pendidikan yang salah semasa kecilnya. Seorang anak yang selalu ditegur, atau dibesar-besarkan kesalahannya, akan mulai menganggap dirinya good of nothing. Tidak becus. Lalu ia menjadi malas dan ogah-ogahan.


Seorang Ayah berhenti menegur anakanya dan memanjanya secara berlebihan. Dulu ditegur, kini disirami dengan pujian terus. Enam bulan kemudian, sang Ayah mengeluh “Pak anak saya kok malah menjadi malas.” Tentu, karena baik teguran maupun pujian secara berlebihan menjauhkan sang anak dari jati dirinya. Dia mulai mempercayai “omongan orang” tentang dirinya. Tadinya, dia mempercayai teguran orang. Sekarang dia mempercayai pujian orang. Dan, satu kali saja tidak mendapatkan pujian, ia akan patah semangat. Ia menjadi malas.

Biasa-biasa saja. Ada kalanya anak perlu ditegur, silahkan menegurnya. Ada kalanya, dia perlu dipuji, silahkan memujinya.

Solusi Instant

  1. Minumlah secangkir teh atau kopi setiap hari (kecuali ada larangan dari dokter). Jangan lebih dari itu, karena bisa menyebabkan masalah baru, yaitu “ketergantungan”. Dan , bahkan saya menganjurkan berhenti minum teh atau kopi, kalau sudah cukup bersemangat lagi.

  2. Berjalan kaki selama 10 menit kalau memungkinkan, di taman atau tempat lain yang terbuka, di mana anda bisa dekat dengan alam.


Solusi Jangka Panjang

  1. Biasakan berjalan kaki selama 10 menit setiap pagi dan 10 menit setiap sore. Sebaiknya di taman atau tempat lain yang terbuka. Jangan salah, yang saya anjurkan adalah “berjalan kaki” bukan “berlari”. Berlari atau jogging memang bagus untuk fisik, tetapi manfaatnya bagi lapisan kesadaran mental/ emosional kita sangat kecil. Dengan berjalan kaki, apalagi di tempat yang terbuka, anda akan merasa sangat dekat dengan alam, dengan semesta. Dengarkan kicauan burung. Perhatikan kupu-kupu berwarna-warni. Dengarkan suara air dan suara-sura alam yang lain. Rasakan kepedulian semesta terhadap diri anda. Dan anda akan langsung bersemangat kembali.

  2. Sekali setiap minggu, berjemuran di bawah matahari pagi. Sebaiknya antara jam 07.00-10.00. minimal 5 menit dan maksimal 15 menit. Jangan sampai terasa tidak nyaman. Untuk itu, sebaiknya anda tidak berpakaian. Tetapi, jika tidak memungkinkan, gunakan pakaian seminimal mungkin. Posisi anda harus tengkurap.


Sumber: (Krishna, Anand. (2008). Sehat Dalam Sekejap Dengan Meditasi Dinamis Ananda (MeDinA), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Postingan Terkait

bottom of page