top of page
Cari
Gambar penulisakcentrejogja

10 Prinsip Agar Hidup Lebih Bermakna

Jangan putus asa terhadap kemanusiaan. Kemanusiaan bagaikan samudera. Beberapa tetes air kotor tidak mampu mengotori seluruh samudera. Mahatma Gandhi menemukan cara untuk menolak kekerasan. Ia menolak kezaliman dengan cara yang tidak zalim. Dikutip dari buku karya Bapak Anand Krishna yang berjudul "Be the Change! Menghidupi Kebijaksanaan Mahatma Gandhi" terdapat 10 prinsip Ahimsa Mahatma Gandhi yang akan membuat hidup menjadi lebih bermakna sehingga dapat mengubah dunia ini.



#1 Change Yourself

"You must be the change you want to see in the world"

Kau sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang kau inginkan terjadi dalam dunia.

Perubahan mesti dimulai dari diri sendiri. Jangan mengharapkan perubahan dari dunia luar. Jangan menunda perubahan diri hingga dunia berbeda. Coba perhatikan, dunia ini senantiasa berubah. Kalau kita tidak ikut berubah, kita menciptakan konflik antara diri kita dan dunia ini.

Pengotakan manusia berdasarkan suku, ras, agama, kepercayaan dan lain sebagainya lahir dari pikiran yang masih belum dewasa. Pikiran yang masih hidup dalam masa lampau, masih sangat regional atau parsial, belum universal. Pikiran seperti inilah yang telah mengacaukan negeri kita saat ini. Kita hidup dalam kepicikan pikiran kita, dalam kotak-kotak kecil pemikiran kita, tetapi ingin menguasai seluruh Nusantara, bahkan kalau bisa seluruh dunia. Jelas tidak bisa.

Kita masih hidup dengan ego kita, keangkuhan dan arogansi kita, kebencian dan amarah kita, kelemahan dan kekerasan hati kita. Dengan jiwa yang masih kotor itu, kita memperoleh kekuasaan, kedudukan, dan harta, maka jelaslah kita menghalalkan segala macam cara.

Berubahlah! Bila ingin menjadi pemimpin, ubahlah sikap dari penguasa menjadi pelayan! Bila masih belum mampu mengendalikan diri sendiri, jangan berharap dapat mengendalikan keadaan di luar diri.

#2 You Are in Control

“Nobody can hurt me without my permission”

Tak seorang pun dapat menyakitiku bila aku tidak mengizinkannya.

Bila ingin menjadi seorang pemimpin, jangan memelihara virus sakit hati. Terlebih lagi jangan sampai penyakit itu dijadikan pemicu dan motivasi untuk maju ke depan. Bila kita merasa bisa disakiti, kita sungguh lemah. Perasaan itu saja sudah membuktikan bahwa kita tidak layak untuk menjadi pemimpin.

Setiap aksi menimbulkan reaksi yang setimpal. Ini merupakan hukum alam. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Setiap orang bertanggung jawab terhadap alam, terhadap keberadaan – terhadap Tuhan.

Janganlah sekali-kali membalas aksi kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan, karena setiap orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan menjadi jahat. Setiap orang yang membalas kekerasan dengan kekerasan menjadi keras.

Jadikanlah pengendalian diri sebagai tujuan hidup, sebagai jihad… Bersungguh-sungguhlah untuk mengupayakan hal itu, kemenangan akan selalu ada di genggaman, dan kesempurnaan dalam hidup ini akan dapat diraih. Jadikanlah pengendalian diri sebagai kebiasaan, maka perangkap dunia yang ilusif ini tidak akan membelenggu kita. Dunia yang saat ini ada, dan sesaat kemudian tidak ada, ini tidak akan memerangkap kita.

Pengendalian diri adalah kekuatan. Bila berhasil mengendalikan diri, kita akan dapat mengendalikan kekerasan dan ketakberesan di luar diri. Orang yang berhasil mengendalikan dirinya tak akan terkendali oleh orang lain. Ia tidak bisa dibeli, tidak bisa digoda, tidak bisa dirayu. Ia memiliki kepercayaan diri yang luar biasa. Jadilah orang itu!


#3 Forgive and Let It Go

"The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong. An eye for eye only ends up making the whole world blind"

Seorang lemah tidak dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanya ada pada mereka yang kuat. Bila pencungkilan mata dibalas dengan mencungkil mata, seluruh dunia akan menjadi buta.

Memaafkan berarti tidak membenci para pelaku kejahatan. Bujuklah mereka, berilah kesempatan untuk mengubah diri. Namun bila mereka tidak memanfaatkan kesempatan itu, tidak mau mengubah diri dan tetap menggunakan kekerasan, kewajiban kita lah untuk memastikan mereka dikarantina beberapa waktu.

Karena itu penjara, bui, atau lembaga pemasyarakatan kita mesti berubah menjadi Lembaga Pengembangan Diri, Lembaga Pembenahan Diri, Lembaga Pencerahan Diri. Jangan memenjarakan jiwa mereka dalam kotak-kotak baru “ penafsiran agama yang sempit”, yang selama itu sudah menjadi sumber dari sekian banyak konflik dan persoalan. Bebaskan nilai-nilai luhur keagamaan dari pemahaman kita yang sangat jauh dari keluhuran.

Banyak penafsir agama di antara kita justru membenarkan aksi balas dendam. Mereka tidak menginginkan kita melupakan kejadian-kejadian penuh kekerasan yang terjadi pada masa lalu. Mereka tidak menginginkan kita melupakan sejarah suram yang sudah tidak relevan dan tidak konstektual lagi dengan zaman kita.

#4 Without Action You Aren’t Going Anywhere

"An ounce of practice is worth more than tons of preaching"

Satu ons tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah.

Bicara memang mudah. Melakoni sesuatu memang tidak mudah, tetapi apa arti sesuatu yang hanya dibicarakan, dan tidak dikerjakan, tidak dilakoni? Kita boleh bicara tentang keamanan bagi semua, keadilan dan kesejahteraan bagi semua, kedamaian dan kebahagiaan bagi semua, kenyataannya apa? Kita masih saja memikirkan kepentingan kelompok dan kepentingan partai di atas kepentingan umum.

Bundelan buku di atas seekor keledai, kata Imam Ghazali, tak mampu mengubah keledai itu menjadi seorang cendekiawan.

#5 Take Care of This Moment

"I do not want to foresee the future. I am concerned with taking care of the present. God has given me no control over the moment following"

Aku tak ingin melihat apa yang dapat terjadi di masa depan. Aku peduli pada masa kini. Tuhan tidak memberiku kendali terhadap apa yang dapat terjadi sesaat lagi.

Seperti inilah kejujuran seorang Gandhi. Ia tidak mengaku dapat melihat masa depan. Ia tidak mengaku memperoleh bisikan dari siapa-siapa. Ia mengaku dirinya orang biasa, tidak lebih penting darpada orang yang derajatnya paling rendah, paling hina dan dina.

Gandhi tidak ragu, tidak bimbang, tidak bingung, karena ia hidup dalam kekinian. Ia bisa bertindak sesuai dengan nuraninya karena tidak menghitung laba-rugi. Mereka yang ragu, bimbang, dan bingung adalah orang yang tidak bisa hidup dalam kekinian. Mereka selalu menghitung laba-rugi.

Untuk mengubah hidup kita kini, berkaryalah sekarang dan saat ini juga! Bahkan, jangan memboroskan energi untuk berpikir tentang hasil karya. Bila karya kita baik, hasilnya pun sudah pasti baik. Yakinilah hal ini!


#6 Everyone Is Human

"I claim to be a simple individual liable to err like other fellow mortal. I own, however, that I have humility enough to confess my errors and to retrace my steps"

Aku hanyalah seorang manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain juga. Namun, harus kutambahkan bahwa aku memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahanku dan memperbaikinya.

"It is unwise to be too sure of one’s own wisdom. It is healthy to be reminded than the strongest might weaken and the wisest might err"

Adalah tidak bijaksana bila kita terlalu yakin akan kebijakan sendiri. Kita mesti ingat bahwa sekuat apa pun kita bisa menjadi lemah, sebijak apa pun bisa berbuat salah.

Menjadi “manusia biasa” adalah tujuan setiap manusia. Manusia tidak lahir untuk menjadi sesuatu yang lain. Ia tidak lahir untuk menjadi malaikat atau dewa. Ia lahir untuk menjadi manusia. Manusia biasa. Namun betapa sulitnya menjadi “manusia biasa”. Adalah sangat mudah bagi kita untuk mengaku sebagai “ini” dan “itu” – sebagai umat dari agama tertentu, sebagai alumni dari universitas tertentu, sebagai politisi dari partai tertentu. Dan betapa sulit bagi kita untuk mengaku, “aku orang Indonesia”. Karena kita ingin menunjukkan bahwa diri kita beda. Ya, masing-masing ingin berucap, “ Aku bukan orang biasa; aku luar biasa."

Jadilah manusia biasa. Pertahankanlah ke-”biasa”-an kita. Jadi pemimpin, jadi profesional, jadi apa saja, kita tetaplah manusia biasa, dengan segala kelemahan dan kekurangan kita.

Mari kita mengajak sesama anak bangsa, untuk ikut menjadi manusia biasa. Manusia yang tidak diperbudak oleh sistem, oleh dogma dan doktrin, oleh agamawan dan ruhaniwan, oleh lembaga keagamaan dan upacara keagamaan – tetapi yang berhamba sepenuhnya pada Gusti Allah, pada Hyang Widhi, pada Adi Buddha, pada Ia yang Sejati, pada Bapa di Surga.


#7 Persist

"First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win"

Awalnya mereka meremehkanmu, kemudian menertawakanmu, kemudian melawanmu, lalu kau keluar sebagai pemenang.

Ketika sedang dibombardir dengan segala macam tuduhan dan kritik, semangat kita memang bisa melemah. Tetapi jangan sekali-kali membiarkan mereka mematahkan semangat kita. Jadilah motivator bagi diri sendiri. Sesungguhnya kita tidak membutuhkan motivator di luar diri.

Hidup adalah sebuah perjuangan. Berjuanglah terus-menerus demi penegakan dharma (kebaikan), demi hancurnya adharma (kejahatan). Kita di sini tidak untuk saling jarah-menjarah, atau saling rampas-merampas. Kita tidak mewarisi budaya kekerasan dan barbar seperti itu.

Jangan berjuang untuk tujuan-tujuan kecil yang tidak berguna. Jangan berjuang untuk memperoleh kursi yang dalam beberapa tahun saja menjadi kadaluarsa. Jangan berjuang untuk memperoleh suara yang tidak cerdas.

Berjuanglah untuk tujuan besar untuk sesuatu yang mulia. Berjuanglah untuk memperoleh tempat di hati manusia, ya manusia, bukan di hati raksasa. Berjuanglah untuk mencerdaskan sesama anak manusia, supaya mereka memahami arti suara mereka, supaya mereka dapat menggunakan hak suara mereka sesuai dengan tuntutan dharma. Perjuangan kita adalah perjuangan sepanjang hidup. Perjuangan kita adalah perjuangan abadi untuk melayani m,anusia, bumi ini dengan seluruh isinya, bahkan alam semesta. Janganlah mengharapkan pujian dari siapa pun jua. Janganlah menjadikan pujian sebagai pemicu untuk berkarya lebih lanjut. Berkaryalah terus menerus walau dicaci, dimaki, ditolak! Berkaryalah karena keyakinan pada apa yang mesti kita kerjakan!



#8 See the Good in People and Help Them

"I look only the good qualities of men. Not being faultless myself, I won’t presume to probe into the faults of others"

Aku hanya melihat sifat baik di dalam diri sesama manusia. Karena aku sendiri tidak sepenuhnya bebas dari keburukan, aku tidak membedah orang lain untuk mencari keburukan mereka.

"Man becomes great exactly in the degree in which he works for the welfare of his fellow-men"

Manusia menjadi besar selaras dengan kebaikan yang dilakukannya bagi kesejahteraan sesama manusia.

"I suppose leadership at one time meant muscles, but today it means getting with people"

Barangkali otot menjadi tolok ukur bagi kepemimpinan pada masa lalu, sekarang tolok ukurnya adalah hubungan dengan sesama manusia.

Bila memang demikian, kenapa kau ingin mengusir penjajah? Kenapa kita tidak bisa hidup berdampingan dengan mereka? Kaum penjajah tidak puas dengan hidup berdampingan. Mereka ingin berkuasa. Selalu demikian, dan hal itu melanggar dharma. Membiarkan diri kita dijajah, bukanlah dharma. Karena itu, kita mesti melawan.

Memang kita tidak perlu mencari keburukan manusia, tetapi bila seseorang melakukan kejahatan, jelas kita harus melawan. Hanya saja perlawanan yang kita berikan tidak menggunakan kekerasan. Kita melawan tanpa senjata, tetapi dengan kekuatan logika, rasio, dan di atas segalanya cinta-kasih dan pemaafan.

Ahimsa juga menuntut agar mereka yang dapat membedakan kebatilan dari kebaikan, kejahatan dari kebajikan – tidak membiarkan kejahatan dan kebatilan merajalela. Ketika adharma merajalela, hadapilah adharma itu dengan segala daya dan kekuatan diri.

Fanatisme, radikalisme, terorisme adalah adharma. Membunuh orang dengan dalih pembelaan agama pun adalah adharma. Menjatuhkan hukuman mati adalah urusan pengadilan; dan yang melakukan eksekusi adalah negara. Bukan rakyat jelata.

#9 Be Congruent, Be Authentic, Be Your True Self

"Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony"

Keselarasan antara apa yang kaupikirkan, apa yang kau ucapkan dan apa yang kaulakukan itulah kebahagiaan.

"Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well"

Jadikan keselarasan antara pikiran, ucapan dan tindakan sebagai tujuanmu. Jadikanlah pemurnian pikiran sebagai tujuanmu, maka semuanya akan beres.

Para teroris yang melakukan aksi pemboman, atau komando laskar-laskar perusak yang menggunakan atribut-atribut keagamaan itu selaras dengan siapa? Mereka tidak lagi mempunyai batin. Nurani mereka sudah mati. Jangankan selaras dengan hukum alam, terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan saja mereka sudah tidak selaras.

Diri seperti itu bukanlah diri manusia. Manusia dilahirkan dengan keunikan yang sungguh luar biasa. Luar biasa karena seunik apa pun juga, diri kita semua tetap selaras dengan alam, dengan semesta. Kita sedang bergetar bersama alam semesta.

Pikiran kita yang sempit telah merusak keselarasan itu. Sekarang hidup kita terombang ambing dan kita bingung. Kita mencari solusi di luar sana, padahal solusinya ada di dalam sini. Solusinya keselarasan diri. Mulailah dengan menyelaraskan pikiran, ucapan dan tindakan. Saya menambah satu lagi, yaitu perasaan, karena terbentuknya watak manusia sangat tergantung pada apa yang dirasakannya. Keselarasan adalah Rumus Utama untuk meraih Kebahagiaan dalam hidup ini.


#10 Continue to Grow and Evolve

"Constant development is the law of life, and a man who always tries to maintain his dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position"

Perkembangan terus-menerus itulah hukum alam. Orang yang ingin bertahan dengan dogma-dogma (lama) untuk menunjukkan konsistensi diri, sesungguhnya berada pada posisi yang salah.

Kenapa orang yang seperti itu berada pada posisi yang salah? Karena, perubahan adalah hukum alam. Sementara mereka yang fanatik terhadap dogma-dogma, dan tidak memahami nilai-nilai luhur di baliknya, terperangkap oleh ego mereka sendiri. Ego yang ingin membuktikan dirinya konsisten.

Konsistensi dianggap nilai-nilai luhur, padahal tidak demikian. Apa yang konsisten di dalam dunia ini? Apa yang konsisten dalam diri kita? Setiap beberapa tahun, bahkan seluruh sel di dalam tubuh kita berubah total.

Dari zaman ke zaman, ajaran-ajaran luhur pun perlu dimaknai kembali, dikonstektualkan. Kebiasaan-kebiasaan lama mesti diuji terus apakah masih relevan, masih sesuai dengan perkembangan zaman. Ah, tapi kita malas. Kita tidak mau berupaya, lalu menerima saja apa yang disuapkan kepada kita. Padahal kitab-kitab suci pun melarang kita mengikuti seseorang secara membabibuta, walaupun orang itu rahib atau mengaku sebagai agamawan atau rohaniwan.

Postingan Terkait

Commenti


bottom of page